Saturday 18 January 2014

Hadits Maudhu'

Hadits ini dinamakan maudhu' apabila terdapat kecacatan disebabkan oleh kedustaan atas Rasulullah Shallallahu
'alaihi wassallam.

Pengertiannya

Maudhu' secara bahasa artinya sesuatu yang diletakkan. Sedangkan menurut istilah adalah:

"Sesuatu yang diciptakan dan dibuat-buat lalu dinisbatkan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassallam secara dusta".

Hadits ini adalah yang paling buruk dan jelek di antara hadits-hadits dha'if lainnya. Sebagian ulama membagi hadits  menjadi 4 bagian, yaitu shahih, hasan, dha'if dan maudhu'. Maka maudhu' menjadi satu bagian tersendiri.

Hukum meriwayatkannya

Para ulama sepakat meriwayatkan hadits maudhu' diharamkan dari orang yang mengetahui kepalsuannya dalam bentuk apapun, kecuali disertai dengan penjelasan akan kemaudhu'annya, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wassallam,

"Barangsiapa yang menceritakan hadits dariku sedangkan dia mengetahui bahwa itu dusta, maka dia termasuk para pendusta." (HR. Muslim)

Bagaimana cara mengetahui Hadits Maudhu'?

1.Pengakuan dari orang yang memalsukan hadits: Seperti pengakuan Abi 'Ishmat Nuh bin Abi Maryam, yang digelari Nuh Al-Jami', bahwasannya ia telah memalsukan hadits-hadits atas Ibnu Abbas tentang keutamaan-keutamaan Al Qur'an surat per surat, dan seperti pengakuan Maisarah bin Abd Rabbih Al-Farisi bahwasannya dia telah memalsukan hadits tentang keutamaan Ali sebanyak tujuh puluh hadits.

2. Apa yang diposisikan sama dengan pengakuannya: Seperti bila seseorang menyampaikan hadits dari seorang syaikh, dan hadits itu tidak diketahui kecuali dari syaikh tersebut, ketika si perawi itu ditanya tentang kelahirannya lalu menyebutkan tanggal tertentu. Setelah diteliti dari perbandingan tanggal kelahiran perawi dengan tanggal kematian sang syaikh yang diriwayatkan darinya, ternyata perawi dilahirkan sesudah kematian syaikh atau pada saat syaikh itu meninggal ia masih kecil dan tidak dapat periwayatan.

3. Adanya indikasi pada perawi yang meunjukkan akan kepalsuannya misalnya seorang perawi yang Rafidhah dan haditsnya berisi tentang keutamaan Ahlul Bait.

4. Adanya indikasi pada isi hadits, seperti isinya bertentangan dengan akal sehat atau  bertentangan dengan indra dan kenyataan atau berlawann dengan ketetapan agama yang kuat dan terang atu susunan lafazhnya lemah dan kacau.

Misalnya apa yang diriwayatkan dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari bapaknya dari kakeknya secara marfu', "Bahwasannya kapal Nabi Nuh thawaf menglilingi ka'bah tujuh kali dan shalat dua rakaat di maqam Ibrahim".

Dan seperti, "Anak zina tidak masuk surga sampai tujuh keturunan", karena bertentangan dengan firman Allah,

artinya: "Dan seorang yang berdosa tidak menanggung dosa orang lain" [QS. Al An'am: 164]

Motivasi-motivasi orang-orang Dalam melakukan Pemalsuan

1. Cerita-cerita dan nasehat

Para tukang cerita ingin menarik perhatian orang awam untuk mengajak mereka kepada kebaikan dan menghindari kemungkaran. Untuk maksud itu mereka memalsukan hadits yang dinisbatkan kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wassallam, dengan tujuan mencari penghidupan dan mendekatkan pad orang-orang awam dengan riwayat yang aneh, misalnya, "Barang siapa mengucapkan kalimat Laa Illaaha illa Allah, maka Allah menciptakan dari setiap kata itu seekor burung yang paruhnya dari emas dan bulunya dari marjan," Di antara mereka adalah Maisarah bin Abdu Rabbih. Ketika ditanya, "Dari mana Anda mendapatkan hadits-hadits ini?" Dia menjawab, "Aku memalsukannya untuk menggembirakan orang"

2. Membela suatu madzhab

Khususnya madzhab kelompok politik pasca terjadinya fitnah, dan yang paling banyak melakukan kebohongan adalah kelompok Syi'ah Rafidhah. Imam Malik ketika ditanya tentang mereka, mengatakan, "Jangan mengajak bicara mereka dan jangan meriwayatkan dari mereka karena mereka para pendusta." Contoh hadits buatan mereka adalah: "Aku (Muhamad) adalah timbangan ilmu, dan Ali sebagai piringan timbangannya, Asan dan Husain sebagai benang-benangnya, Fathimah pengaitnya, dan para imam sebagai tiang penimbang amalan orang-orang yang mencintai kami dan orang-orang yang membenci kami"

Dan kelompok paling jauh dari tindakan pemalsuan itu adalah Khawarij, karena mereka mengkafirkan orang yang melakukan dosa besar, sedangkan dusta termasuk dosa besar, apalagi dusta terhadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wassallam.

3. Zindiq

Para pemimpin dan penguasa negeri yang ditaklukkan telah tunduk pada kekuasaan islam, akan tetapi mereka masih memendam rasa kedengkian di dalam hati, namun mereka tidak mampu terang-terangan memusuhinya, akhirnya mereka memalsukan hadits yang berisi kelemahan dan ejekan yang tujuannya merusak agama, seperti: "Allah telah menciptakan malaikat dari kedua bulu siku dan dada-Nya". Dan "Melihat wajah yang cantik adalah ibadah"

Dan di antara orang-orang zindiq itu adalah Abdul Karim bin ABi Al-Auja', yang dibunuh oleh Muhammad bin Sulaiman Al-Abbasi gubernur Basrah. Ketika akan dibunuh Abdul Karim berkata, "Aku telah memalsukan atas kalian empat ribu hadits, aku haramkan yang halal dan aku halalkan yang haram." Dan Bayan bin Sam'an Al-Hindiyang dibunuh oleh KHalid bin Abdillah Al-Qusairi, kemudian Muhammad bin Sa'id Al_mashlub yang dibunuh oleh Abu Ja'far Al-Manshur.

4. Mendekatkan diri kepada para penguasa demi menuruti hawa nafsu

Seperti kisah ghiyats bin Ibrahim An-Nakha'i bersama AMirul Mukminin Al-Mahdi, ketika datang kepadanya dan dia sedang bermain merpati. Lalu ia menyebut hadits dengan sanadnya secara berturut-turut sampai kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wassallam bahwasannya beliau bersabda, "Tidak ada perlombaan kecuali dalam anak panah, ketangkasan, atau menunggang kuda atau sayap." Maka dia menambahkan kata, "atau burung". Itu dilakukan untuk menyenangkan Al-Mahdi, lalu Al-Mahdi memberinya sepulu ribu dirham. Setelah ia berpaling, sang Amri berkata, "Aku bersaksi bahwa tengkukmu adalah tengkuk pendusta atas nama Raasulullah Shallallahu 'alaihi wassallam", lalu beliau memerintahkan untuk menyembelih merpati itu.

Kesalahan Sebagian Ahli Tafsir dalam neyebutkan Hadits-hadits palsu

Sebagian ulama tafsir melakukan kesalahan dengan menyebutkan hadits-hadits palsu dalam tafsir mereka tanpa menjelaskan kepalsuanya, khususnya riwayat tentang fadhilah Al-Qur'an surat per surat. Di antara mereka adalah: As-Tsa'labi, Al-Wahidi, Az-Zmakahsyari, dan Al Baidhawi.

Karya-karya dalam hadits Maudhu'

1. Al-Maudhu'at, karangan Ibnul Jauzy. Beliau termasuk paling awal yang menulis dalam ilmu ini.

2. Al-La'ali Al-Mashnu'ah fi Al-Ahadits Al-Maudhu'ah, karya Asy-Syuyuthi, ringkasan kitab Al-Maudhu'at Ibnul Jauzy dengan beberapa tambahan.

3. Tanzihu Asy-Syari'ah Al-Marfu'ah 'An Al-Ahadits Asy-Syani'ah Al-Maudhu'ah, karya Ibnu 'Iraq Al-Kittani, ringkasan dari kedua kitab tersebut.

4. Silsilah Al-Ahadits Adh-Dha'ifah, karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani.

[sumber Pengantar Studi Ilmu Hadits]

No comments:

Post a Comment