Tuesday 7 January 2014

TIGA FAIDAH BESAR DARI MUQADIMMAH SHAHIH IMAM MUSLIM TERKAIT DENGAN ILMU HADITS

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.
يَا أَيُّهَا الّذِينَ آمَنُواْ اتّقُواْ اللّهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مّسْلِمُونَ   
 يَآ أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْراً وَنِسَآءً وَاتَّقُوْا اللَّهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْباً
يَا أَيُّهَا الّذِينَ آمَنُواْ اتّقُواْ اللّهَ وَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماًً
أما بعد: فإن أصدق الكلام كلام الله وخير الهدي هدي محمد  وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار.

Diantara perkara yang penting didalam agama Islam dan tidak ada didalam agama lain adalah terdapatnya sanad didalam hadits Nabi shalallahu alahi wa sallam, tafsir, sejarah Islam dan yang selainnya, untuk membedakan antara kabar yang benar dengan kabar yang dusta.

Awal sekali yang memberikan perhatian kepada sanad hadits dalam makna musthahalah nya adalah Imam Muhammad bin Sirrin rahimahullah. ( wafat tahun 110 H ), telah berkata Imam Muslim didalam muqadimmah kitab shahihnya menukil ucapan Ibnu Sirrin :
لَمْ يَكُونُوا يَسْأَلُونَ عَنْ الْإِسْنَادِ فَلَمَّا وَقَعَتْ الْفِتْنَةُ قَالُوا سَمُّوا لَنَا رِجَالَكُمْ فَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ السُّنَّةِ فَيُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ وَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ الْبِدَعِ فَلَا يُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ
" Kami tidak bertanya masalah sanad, akan tetapi ketika telah terjadi fitnah maka kami berkata : " Tunjukkan kepada kami rijal ( pembawa sanad - pent ) kalian." Maka dilihat apabila rijal tersebut dari ahlussunnah maka diambil haditsnya, apabila rijal tersebut dari ahlul bid'ah maka tidak diambil haditsnya."

Imam Ibnu Sirrin juga berkata :
 إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ
" Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka hendaknya kalian memperhatikan dari mana kalian mengambil ilmu agama kalian."

Al Hafidz Ibnu Rajab rahimahullah berkata :
وابن سيرين - رضي الله عنه - هو أول من انتقد الرجال وميز الثقات من غيرهم، وقد روى عنه من غير وجه أنه قال:" إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم " وفي رواية عنه أنه قال:" إن هذا الحديث دين فلينظر الرجل عمن يأخذ دينه ".
" Dan Ibnu Sirrin radhiallahu anhu : adalah yang pertama mengkritik rijal dan membedakan antara yang tsiqah dengan yang selainnya, dan diriwayatkan darinya beliau berkata : " Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka hendaknya kalian memperhatikan dari mana kalian mengambil ilmu agama kalian." dan dalam riwayat yang lain beliau berkata : " Sesungguhnya hadits ini adalah agama, maka hendaklah kalian memperhatikan rijal yang mana kalian ambil ilmu agama ini darinya."

قال يعقوب بن شيبة: قلت ليحيى بن معين: تعرف أحداً من التابعين كان ينتقي الرجال كما كان ابن سيرين ينتقيهم ؟ فقال برأسه، أي: لا.Berkata Ya'qub bin Syaibah : Aku berkata kepada Yahya bin Ma'in : " Apakah engkau mengetahui seseorang dari kalangan tabi'in yang memisahkan rijal sebagaimana Ibnu Sirrin melakukannya ? " Yahya bin Ma'in menjawab : " Tidak." ( Syarhu Illal At Tirmidzi 1/54 cetakan Maktabah Ar Rusyd - Riyadh. 1421 H )

Dari ucapan Imam Yahya bin Ma'in diatas dapat kita ketahui bahwasanya Al Imam Ibnu Sirrin yang pertama - tama melakukan studi kritik terhadap riwayat hadits dengan tujuan membedakan mana riwayat yang benar datangnya dan bisa diterima dengan riwayat yang tidak bisa diterima.

Perhatian Al Imam Ibnu Sirrin - sebagaimana yang beliau sebutkan diatas - terhadap kritik terhadap rijal hadist terjadi karena munculnya fitnah, dan fitnah yang terjadi sebagaimana disebutkan oleh Al Imam Ibnu Atsir rahimahullah : " Bahwasanya di zaman awal tidaklah ditanya tentang isnad, maka ketika telah terjadi fitnah ditanyakanlah tentang isnad, dan diambillah hadits dari ahlussunnah dan ditinggalkan riwayat ahlul bid'ah, karena generasi awal yaitu shahabat radhiallahu anhum ajmain adalah manusia yang menjaga ( adalah / keadilannya - pent ) dan kokoh ( hafalannya - pent ). ( Jami' Al Ushul 1/131 )

Fitnah yang dimaksudkan dijelaskan dengan gamblang adalah apa yang terjadi antara Ali dan Mu'awiyyah radhiallahu anhum, sebagaimana tampak dalam riwayat dari 'Amasy dari Abi Ishaq yang dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam Muqadimmah shahihnya 1/83.

Perhatian dalam perkara kritik terhadap riwayat hadits dimulai pada masa ini karena ketika masa akhir kekhalifahan Utsman bin Affan radhiallahu anhu maka muncullah kelompok - kelompok sempalan yang memenuhi syubhat dan menebarkan kebohongan terhadap Rasulullah shalallahu alahi wa sallam.

Sehingga bangkitlah Imam - Imam ahlussunnah dari kalangan tabi'in dan dan sesudahnya yang menetapkan kaidah - kaidah dasar yang kalau mau kita sarikan dari muqadimmah shahih Al Imam Muslim ada minimal tiga :

1. Membandingkan hadits yang diriwayatkan dengan hadits yang dihafal oleh shahabat, apabila yang diriwayatkan dengan sanad sama dengan yang dihafal oleh shahabat maka diterima sedangkan apabila terjadi yang diriwayatkan dengan sanad bertentangan dengan yang dihafal oleh shahabat maka ditolak.

Sebagai contoh menarik dalam masalah ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqadimmah kitab shahihnya dari Ibnu Abi Mulaikah ia berkata :
حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ عَمْرٍو الضَّبِّيُّ حَدَّثَنَا نَافِعُ بْنُ عُمَرَ عَنْ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ قَالَ كَتَبْتُ إِلَى ابْنِ عَبَّاسٍ أَسْأَلُهُ أَنْ يَكْتُبَ لِي كِتَابًا وَيُخْفِي عَنِّي فَقَالَ وَلَدٌ نَاصِحٌ أَنَا أَخْتَارُ لَهُ الْأُمُورَ اخْتِيَارًا وَأُخْفِي عَنْهُ قَالَ فَدَعَا بِقَضَاءِ عَلِيٍّ فَجَعَلَ يَكْتُبُ مِنْهُ أَشْيَاءَ وَيَمُرُّ بِهِ الشَّيْءُ فَيَقُولُ وَاللَّهِ مَا قَضَى بِهَذَا عَلِيٌّ إِلَّا أَنْ يَكُونَ ضَلَّ
Telah menceritakan kepada kami Daud bin Amru Adh Dhabiyu : telah menceritakan kepada kami Nafi bin Umar dari Ibnu Abi Mulaikah berkata : " Aku menulis surat kepada Ibnu Abbas agar dia menuliskan kepadaku beberapa buah hadits, ternyata sengaja beliau menyembunyikannya dariku. Lalu Ibnu Abbas berkata : " Ibnu Abi Mulaikah mudah - mudahan bisa menjadi orang yang memberikan nasihat. Oleh karena itu aku memilihkan untuknya beberapa perkara dan menyembunyikan kepadanya beberapa perkara. " Ternyata Ibnu Abi Mulaikah meminta beliau untuk menuliskan beberapa keterangan yang diputuskan oleh Ali ( bin Abi Thalib ), akhirnya Ibnu Abbas menuliskan beberapa keterangan untuknya dan kembali meninggalkan beberapa hal yang lain. Kemudian Ibnu Abbas berkata : " Demi Allah, Ali tidak memutuskan perkara dengan keputusan ini, sebab jika dia sampai melakukannya maka dia telah tersesat. "

Mungkin ikhwan dan akhwat agak kesulitan untuk memahami makna dari riwayat ini, akan tetapi insyaAllah menjadi jelas apabila dibawakan riwayat dibawah ini :
حَدَّثَنَا عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ هِشَامِ بْنِ حُجَيْرٍ عَنْ طَاوُسٍ قَالَ أُتِيَ ابْنُ عَبَّاسٍ بِكِتَابٍ فِيهِ قَضَاءُ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فَمَحَاهُ إِلَّا قَدْرَ وَأَشَارَ سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ بِذِرَاعِهِ
Telah menceritakan kepada kami Amr bin Naqid : telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Uyainah dari Hisyam bin Hujair dari Thawus berkata : " Ada sebuah tulisan yang menceritakan tentang keputusan  Ali radhiallahu anhu, ternyata Ibnu Abbas menghapus seluruh tulisan kecuali menyisakan hanya sejengkal." Pada saat itu Sufyan bin Uyainah menunjukkan ukuran jengkal miliknya.

حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْحُلْوَانِيُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ حَدَّثَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ قَالَ لَمَّا أَحْدَثُوا تِلْكَ الْأَشْيَاءَ بَعْدَ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِ عَلِيٍّ قَاتَلَهُمْ اللَّهُ أَيَّ عِلْمٍ أَفْسَدُوا
Telah menceritakan kepada kami Hasan bin Ali Al Khalwani : telah menceritakan kepada kamu Yahya bin Adam : telah menceritakan kepada kamu : Ibnu Idris dari 'Amasy dari Abi Ishaq berkata : " Ketika kabar tentang beberapa keputusan 'Ali radhiallahu anhu diperdengarkan sepeninggalan beliau, maka ada seseorang laki - laki dari kalangan shahabat yang berkata : " Semoga Allah memerangi mereka yang telah merusak setiap pengetahuan tentang hal tersebut. " ( kedua riwayat diatas dikeluarkan oleh Al Imam Muslim dalam Muqadimmah shahihnya )

Apabila kita perhatikan ketiga riwayat diatas maka akan tampak beberapa kesimpulan :
- Ibnu Abbas radhiallahu anhu menyembunyikan beberapa hal dari Ibnu Abi Mulaikah hal yang disembunyikan ini adalah beberapa riwayat yang diada - adakan oleh Syiah dan ahlul fitnah, sebab apabila perkara - perkara seperti ini ditulis maka niscaya akan menimbulkan kondisi yang meresahkan, keadaan ini menunjukkan kepada apa yang kita simpulkan diatas bahwasanya apabila ada riwayat dengan sanad kemudian dibandingkan dengan hafalan shahabat ternyata bertolak belakang maka yang menjadi sandaran adalah hafalan shahabat radhiallahu anhum.
- Hal ini menjadi jelas apabila disebutkankan ucapan Al Imam An Nawawi dalam masalah ini :'
فَأَشَارَ بِذَلِكَ إِلَى مَا أَدْخَلَتْهُ الرَّوَافِض وَالشِّيعَة فِي عِلْم عَلِيٍّ - رَضِيَ اللَّه عَنْهُ - وَحَدِيثه وَتَقَوَّلُوهُ عَلَيْهِ مِنْ الْأَبَاطِيل وَأَضَافُوهُ إِلَيْهِ مِنْ الرِّوَايَات وَالْأَقَاوِيل الْمُفْتَعَلَة وَالْمُخْتَلِفَة ، وَخَلَطُوهُ بِالْحَقِّ فَلَمْ يَتَمَيَّزْ مَا هُوَ صَحِيحٌ عَنْهُ مِمَّا اِخْتَلَقُوهُ
" Yang dimaksud dengan kalimat ini adalah kaum Rafidhah dan Syi'ah yang telah menyusupkan beberapa kedustaan yang diatasnamakan kepada Ali bin Abi Thalib, mereka sengaja mengarang - ngarang berita bohong dan riwayat - riwayat palsu yang disandarkan kepada Ali bin Abi Thalib, dan mereka mencampur adukkan riwayat - riwayat yang palsu dengan berita - berita yang benar, sehingga orang - orang mengalami kesulitan untuk memilih antara yang benar dengan yang salah. " ( Al Minhaj atau lebih dikenal dengan Syarah Shahih Muslim 1/18 )

Maka pengingkaran seorang shahabat dalam riwayat Amasy dari Abi Ishaq menunjukkan bahwasanya yang menjadikan sandaran adalah hafalan shahabat bukan apa yang diriwayatkan dengan sanad - apabila keduanya bertentangan. ( dan makna pengingkaran tersebut dibawa kepada apa yang telah dijelaskan oleh Al Imam An Nawawi diatas, wallahu 'alam )

2. Memperhatikan keadaan pembawa berita ( rijal hadits ), apakah dia seorang ahlussunnah atau bahkan ahlul bid'ah, bagaimana dari segi kekuatan hafalannya, kejujuran, penjagaannya terhadap harga diri ( muru'ah ) dan lain - lainnya.

Imam Muslim didalam muqadimmah kitab shahihnya menukil ucapan Ibnu Sirrin :
لَمْ يَكُونُوا يَسْأَلُونَ عَنْ الْإِسْنَادِ فَلَمَّا وَقَعَتْ الْفِتْنَةُ قَالُوا سَمُّوا لَنَا رِجَالَكُمْ فَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ السُّنَّةِ فَيُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ وَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ الْبِدَعِ فَلَا يُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ
" Kami tidak bertanya masalah sanad, akan tetapi ketika telah terjadi fitnah maka kami berkata : " Tunjukkan kepada kami rijal  ( pembawa sanad - pent ) kalian." Maka dilihat apabila rijal tersebut dari ahlussunnah maka diambil haditsnya, apabila rijal tersebut dari ahlul bid'ah maka tidak diambil haditsnya."

Imam Ibnu Sirrin juga berkata :
 إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ
" Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka hendaknya kalian memperhatikan dari mana kalian mengambil ilmu agama kalian."

3. Memperhatikan apakah sanadnya bersambung atau tidak, hal ini sebagaimana tampak jelas dalam riwayat dibawah ini:
قَالَ مُحَمَّدُ سَمِعْتُ أَبَا إِسْحَقَ إِبْرَاهِيمَ بْنَ عِيسَى الطَّالَقَانِيَّ قَالَ قُلْتُ لِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحَدِيثُ الَّذِي جَاءَ إِنَّ مِنْ الْبِرِّ بَعْدَ الْبِرِّ أَنْ تُصَلِّيَ لِأَبَوَيْكَ مَعَ صَلَاتِكَ وَتَصُومَ لَهُمَا مَعَ صَوْمِكَ قَالَ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ يَا أَبَا إِسْحَقَ عَمَّنْ هَذَا قَالَ قُلْتُ لَهُ هَذَا مِنْ حَدِيثِ شِهَابِ بْنِ خِرَاشٍ فَقَالَ ثِقَةٌ عَمَّنْ قَالَ قُلْتُ عَنْ الْحَجَّاجِ بْنِ دِينَارٍ قَالَ ثِقَةٌ عَمَّنْ قَالَ قُلْتُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَا أَبَا إِسْحَقَ إِنَّ بَيْنَ الْحَجَّاجِ بْنِ دِينَارٍ وَبَيْنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَفَاوِزَ
Berkata Muhammad aku mendengar Abu Ishaq Ibrahim bin Isa Ath Thalaani berkata : aku berkata kepada Abdullah ibnul Mubaarak : " wahai Abu Abdirrahman aku mendengar hadits yang berbunyi : Sesungguhnya diantara bentuk kebaikan yang dikerjakan setelah melakukan kebaikan yang lain adalah kamu berniat mengerjakan shalat untuk kedua orang tuamu ketika kamu mengerjakan kewajiban shalatmu dan juga berniat mengerjakan puasa untuk keduanya ketika kamu mengerjakan puasamu."
Ibnul Mubarak berkata : " Wahai Abu Ishaq, kamu mendengar dari siapa hadits tersebut ? "
Aku ( Abu Ishaq ) berkata : " Dari Syihab bin Khirasy. "
Ibnul Mubarak berkata : " Syihab perawi yang tsiqah, lalu Syihab mendengar dari siapa ? "
Aku menjawab : " Dari Al Hajjaj bin  Dinar. "
Ibnul Mubarak berkata : " Al Hajjaj perawi yang tsiqah, lalu Al Hajjaj mendengar dari siapa ? "
Aku menjawab : " Al Hajjaj berkata dia mendengarnya dari Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. "
Ibnul Mubarak berkata : " Wahai Abu Ishaq, sesungguhnya antara Al Hajjaj bin Dinar dengan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam masih ada mawafiz ( padang gersang yang sulit ditemukan airnya ). " ( HR Imam Muslim dalam Muqadimmah shahihnya )

Berkata Al Imam An Nawawi rahimahullah : " Pokok pelajaran yang bisa diambil dari percakapan antara Ibnul Mubarak dan Abu Ishaq diatas adalah hadits tidaklah dapat diterima kecuali dengan sanad yang shahih. " ( Al Minhaj 1/25 )

Sedangkan kita maklum bahwasanya diantara syarat sanad hadits tersebut bisa diterima adalah bersambungnya periwayatan, sedangkan Al Hajjaj bin Dinar adalah seorang Tabi'ut Tabi'in yang tidak mungkin bertemu Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, maka dengan sebab itulah Al Imam Ibnu Mubarak menyebutkan " masih ada mawafiz " sebuah kiasan yang menunjukkan jauhnya antara Al Hajjaj dengan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.

Kesimpulan :
Dari pemaparan diatas maka dapat diambil sebuah kesimpulan :
1. Yang pertama kali memberikan perhatian secara khusus kepada studi riwayat dan dirayat hadits adalah Al Imam Ibnu Sirin rahimahullah.
2. Diantara latar belakang yang menyebabkan munculnya studi yang dilakukan oleh Al Imam Ibnu Sirrin dan yang mengikutinya adalah merebaknya kepalsuan dan kedustaan yang dimasukkan oleh ahlul bid'ah - Syiah dan Rafidhah pada khususnya - kedalam riwayat - riwayat yang disandarkan kepada Ali bin Abi Thalib radhiallahu anhu.
3. Setidaknya ada tiga hal yang bisa saya ( Abu Asma Andre ) ambil dari muqadimmah Shahih Imam Muslim dan ini sekaligus menunjukkan kaidah besar didalam pembahasan ilmu hadits :
- Membandingkan hadits yang diriwayatkan dengan hadits yang dihafal oleh shahabat, apabila yang diriwayatkan dengan sanad sama dengan yang dihafal oleh shahabat maka diterima sedangkan apabila terjadi yang diriwayatkan dengan sanad bertentangan dengan yang dihafal oleh shahabat maka ditolak.
- Memperhatikan keadaan pembawa berita ( rijal hadits ), apakah dia seorang ahlussunnah atau bahkan ahlul bid'ah, bagaimana dari segi kekuatan hafalannya, kejujuran, penjagaannya terhadap harga diri ( muru'ah ) dan lain - lainnya.
- Memperhatikan apakah sanadnya bersambung atau tidak.

Inilah yang Allah subhanahu wa ta'ala mudahkan bagi saya untuk menuliskannya, saran, masukan dan koreksi sangat diharapkan.

Abu Asma Andre
Ciangsana - Cileungsi
22 Jumadil Ula 1433 H

سبحانك اللهم وبحمدك اشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك

Maraji :
Shahih Imam Muslim
Syarah Shahih Muslim
Syarhul Illal Imam At Tirmidzi
Jami'ul Ushul

oleh; Ustadz Abu Asma Andre

No comments:

Post a Comment